Sebelum kita berbicara soal personal branding atau self branding bagi penulis, sebagai pengantar saya ingin sedikit bercerita.
Di suatu kesempatan, saya dan beberapa teman menghadiri sebuah event kajian apresiasi sastra. Pada saat itu, Balai Bahasa bertindak sebagai host dan kami serta puluhan orang hadir sebagai perwakilan komunitas-komunitas sastra yang ada di Sumatera Barat. Inti pertemuannya adalah mencari solusi untuk menumbuhkan gairah apresiasi sastra dan menstimulan masyarakat agar lebih banyak mencintai sastra.
Salah satu persoalan pelik yang dihadapi oleh pegiat sastra saat ini adalah susahnya menjual buku-buku sastra mereka. Banyak memang faktor yang menyebabkan hal ini terjadi namun satu hal yang menjadi perhatian khusus adalah minimnya usaha branding dari penulis buku sastra itu sendiri.
Tentu saja persoalan ini bukan semata dihadapi oleh para sastrawan, namun juga para novelis populer dan penulis nonfiksi sekalipun… intinya sebagian besar penulis melupakan hal ini. Alhasil, penulis kesulitan untuk memasarkan karya yang telah mereka hasilkan.
Apakah anda juga merasakan hal demikian?
Pentingnya Branding bagi penulis
Sederhananya branding adalah istilah untuk upaya komunikasi seseorang/kelompok untuk membangun dan membesarkan brand, brand ini adalah merek. Contoh paling sederhana adalah Google, apa yang anda pikirkan ketika mendengar kata “Google”?
Barangkali anda akan berpikir tentang: mesin pencari, perusahaan internet raksasa, android dan lain sebagainya.
Google adalah perusahaan yang sangat sukses dalam branding sebab saat mendengar namanya saja orang-orang sudah bisa mengenalnya dengan sangat baik.
Namun, apa hubungannya dan bagaimana seorang penulis harus diberi merek? Lalu, apa pentingnya bagi seorang penulis untuk mem-branding atau menokohkan diri? Sebuah contoh atau pertanyaan sederhana di bawah ini barangkali bisa membantu anda.
Apa yang anda pikirkan ketika mendengar nama-nama penulis di bawah ini:
- Kahlil Gibran
- Sir Arthur Conan Doyle
- Asma Nadia
- Winna Efendi
- Ippho Santosa
Saya rasa dengan mendengar nama atau “merek” mereka anda akan langsung mengenali mereka. Kahlil Gibran adalah penyair fenomenal dengan syair-syiar cintanya yang sudah mendunia. Sir Arthur Conan Doyle adalah pencipta tokoh detektif fiksi paling terkenal sepanjang masa yaitu Sherlock Holmes. Asma Nadia adalah penulis perempuan produktif Indonesia dengan karya-karya yang telah diangkat ke layar kaca. Begitu pula dengan nama-nama lainnya.
Branding pada penulis akan membantu para pembaca mampu mengenalinya, sebab upaya branding sebenarnya adalah upaya membangun persepsi orang banyak terhadap sesuatu. Hal yang sama saya lakukan dengan ilmukata.com sebagai media untuk mem-branding diri saya sebagai penulis.
Agar pembicaraan kita lebih merujuk dan dalam, ada beberapa poin penting branding yang harus anda ketahui, mereka adalah sebagai berikut:
#1 Mengenalkan diri anda kepada khalayak ramai
Tujuan pertama anda sebagai penulis dengan branding adalah mengenalkan pada khalayak ramai bahwa anda adalah seorang penulis. Tidak cukup hanya dengan berkata “saya adalah penulis” melainkan harus dengan menyertakan karya-karya anda agar mendapat pengakuan dari orang-orang di sekitar anda contoh kecil adalah menulis cerpen.
#2 Mencitrakan diri anda bahwa anda adalah penulis produktif, kreatif serta ciri khas lainnya
Branding bagi penulis juga berfungsi sebagai sarana pencitraan.
Setiap penulis mempunyai hak untuk mencitrakan diri dengan tulisan unik. Hanya saja, dalam mencitrakan diri anda harus jujur tanpa dusta. Dan, cara pencitraan yang paling jujur bagi penulis adalah menulis seproduktif mungkin, sekreatif mungkin, dengan ciri khas anda sendiri serta membagikan karya anda kepada sebanyak mungkin pembaca.
Sebuah karya belum akan berarti apa-apa jika belum sampai kepada pembaca, jadi jangan simpan begitu saja karya-karya anda.
#3 Membangun loyalitas pembaca
Manfaat branding bagi penulis lainnya adalah sarana untuk membangun pembaca yang loyal. Sebagaimana yang sempat kita singgung sebelumnya bahwa branding adalah upaya untuk membangun persepsi. Jika pembaca sudah memiliki persepsi bahwa anda adalah seorang ahli atau seorang yang memiliki pengetahuan yang cukup pada topik tertentu, maka pembaca akan memberikan kepercayaan kepada anda dan menunggu-nunggu setiap tulisan anda.
#4 Membangun otoritas anda sebagai penulis dengan keahlian tertentu
Menurut anda, bagaimanakah proses hingga seseorang dapat dikatakan seorang ahli?
Proses tersebut tentu dimulai dengan mencari ilmu tertentu kemudian membagikan ilmu itu kepada orang banyak. Di samping itu ia juga harus memperbanyak jam terbang dengan berhadapan dengan kasus-kasus terkait. Semakin banyak karyanya, semakin banyak jam terbangnya maka akan semakin tinggi/besar otoritasnya terhadap topik itu. Dengan kata lain, akan memunculkan persepsi orang banyak bahwa ia adalah ahli.
Proses tersebut juga bekerja bagi seorang penulis, salah dua contoh penulis fenomenal terkait hal ini adalah Tere Liye dan Jonru, anda bisa lihat berapa banyak penggemar mereka di Facebook dan seberapa besar jumlah like, comment dan share atas postingan-postingan mereka. Kedua penulis tersebut telah membangun otoritasnya dan mendapatkan pembaca loyal mereka.
Anda pun tentu juga bisa mencapai itu jika anda mau berusaha, salah satunya dengan self branding ini.
#5 Memperluas jaringan
Well, apapun profesi anda, jaringan yang bagus akan memberikan keuntungan bagi anda. Upaya branding juga dapat memberikan manfaat seperti memperluas jaringan anda. Anda akan dengan mudah menemukan orang-orang seprofesi atau sehobi dengan anda, mitra kerja, penggemar dan lain sebagainya. Ketika anda telah memiliki jaringan yang luas, persoalan memasarkan karya bukanlah hal yang sulit lagi.
Intinya, dengan jaringan yang luas anda bisa menjual karya anda dengan lebih baik lagi.
Bagaimana kiat branding bagi penulis?
Setelah uraian panjang di atas, sekarang kita masuk pada inti persoalan: kiat branding bagi penulis. Kiat-kiat ini bisa diadopsi oleh penulis manapun, baik pemula, madya maupun ahli. Namun sayangnya, branding bukan kegiatan sehari-dua hari, ia adalah proses berkelanjutan yang harus anda lakukan hari demi hari. Manfaat dari branding belum akan tampak di awal namun ketika branding anda berhasil maka sekian keuntungan akan medekati anda.
Ketika brand sudah bekerja maka ia akan memberikan nilai tambah pada produk. Sebagaimana kopi yang sama namun dijual di tempat dan dengan cara berbeda. Kopi di warung akan lebih murah daripada di cafe. Pecel akan jauh lebih murah dibandingkan vegetable salad with peanut sauce.
Saya mencoba merangkum kiat branding bagi penulis dalam beberapa poin di bawah ini, jika menurut anda ada yang kurang jangan sungkan untuk memberitahu saya di kolom komentar.
#1 Optimalisasi semua media sosial yang anda punya
Sengaja saya letakkan media sosial di poin pertama, alasannya adalah membuat media sosial itu sangatlah mudah, gratis dan efektif. Setiap penulis harus memiliki media sosial mengingat aktifitas dunia maya selalu padat setiap harinya.
Media sosial tentu saja bukan sebatas jejaring sosial semacam Facebook, Twitter dan rekan sejawatnya. Media-media perpesanan seperti WhatsApp, BBM, Telegram juga termasuk media sosial. Bahkan blog pun juga termasuk media sosial.
Hampir semua orang hari ini memiliki media sosial dan terhubung di manapun dan kemanapun. Hal ini adalah peluang yang besar bagi seorang penulis untuk memulai kegiatan branding-nya.
Perbanyak jaringan anda di Facebook, Twitter dan lainnya dengan menambahkan lebih banyak teman. Jika sanggup, anda harus punya 5000 orang teman di akun Facebook anda, begitu pula di media sosial yang lain. Dengan memiliki jaringan media sosial yang besar, anda akan memiliki calon pembaca yang besar untuk menikmati setiap tulisan-tulisan anda atau bahkan sekadar kalimat motivasi atau kutipan tertentu tentang kepenulisan.
Membangun brand secara kontinyu di media sosial jauh lebih baik daripada berhasil menerbitkan buku satu kali kemudian setelah itu tidak terdengar gaungnya sama sekali, tenggelam entah kemana.
Saat anda memiliki pertemanan yang luas di media sosial anda juga akan lebih mudah menjual karya anda di kemudian hari. Jadi, bangunlah brand anda di media sosial yang anda punya. Jika boleh memberi saran, buatlah sebuah blog dan banyak-banyak menulis artikel/cerita/puisi atau apapun di sana. Dengan demikian anda akan memperkuat ketahanan sebagai seorang penulis. Seorang Raditya Dika dulu juga melakukan hal yang sama.
#2 Menembus media massa dan/atau penerbit serta mengikuti lomba
Seorang penulis juga perlu melakukan uji kompetensi agar ia dapat disebut sebagai seorang yang kompenten. Selain itu ia juga harus menghirup atmosfer kompetisi. Dan cara berkompetisi yang baik adalah menembus media massa atau penerbit serta mencoba mengikuti lomba.
Kirimkanlah karya anda sebanyak mungkin. Jangan patah semangat ketika dihadapkan dengan kenyataan pahit penolakan. Pahit memang. Tapi nyatanya sebagian besar obat mujarab memang berasa pahit.
Penolakan-penolakan tersebut dapat menjadi stimulan atau pendorong bagi anda untuk berkaya lebih baik lagi. Dan tatkala karya anda berhasil dimuat/dicetak atau memenangkan lomba, anda akan mendapatkan batu loncatan untuk mencapai tempat yang lebih tinggi lagi. Tentunya ini adalah kredit tersendiri untuk memperkuat brand anda sebagai seorang penulis.po
#3 Bergabung dengan komunitas kepenulisan offline dan/atau online
Bergabung dengan komunitas kepenulisan bukan hanya soal mencari teman seperjuangan, melainkan juga untuk meng-upgrade kemampuan dan mencari bahan untuk menunjang aktivitas branding.
Bagaimana cara kerjanya?
Simpel.
Anda hanya perlu menerapkan teori take and give. Ambil kemudian bagikan.
Anda bisa mengambil semua pelajaran dari komunitas anda dan membagikan ulang ke jaringan-jaringan anda. Dengan demikian, anda akan membangun persepsi orang lain bahwa anda memang orang yang serius dan kompeten di bidang anda.
Mengabarkan bahwa anda tengah ikut di komunitas tertentu juga hal yang baik. Pertama, hal itu akan membangun citra anda. Kedua, akan membuka kesempatan bagi orang lain untuk ikut belajar di komunitas yang sama.
#4 Berbagi dengan banyak orang tentang pengalaman anda
Senada tapi tak sama dengan poin di atas. Branding adalah upaya marketing/pemasaran. Dan cara pemasaran yang baik adalah dengan memberikan secara gratis terlebih dahulu baru kemudian menjual dengan cara berbayar.
Kita bisa mencontoh penjual keripik, buah, salep atau produk apapun yang memberikan tester bagi calon pelanggan. Tujuannya adalah untuk membuat pelanggan memberikan nilai kepada produk mereka. Kemudian, anda bisa mencontoh cara kerja pengedar narkoba, berikan secara gratis hingga pemakai kecanduan kemudian mereka akan mendatangi anda. Analogi ini memang agak seram, tapi itu adalah contoh yang sangat pas.
Sebagaimana seorang blogger profesional suka bagi-bagi e-book gratis, tapi jika kita tidak bisa melakukan hal tersebut maka pengalaman adalah sesuatu yang sangat bagus sebagai alternatif.
Pengalaman bukan teori, melainkah adalah sebuah kisah nyata. Maka, jika anda memiliki banyak pengalaman menarik soal menulis, bagikanlah pengalaman tersebut kepada pembaca anda.
Pun jika anda kehabisan pengalaman untuk dibagi anda dapat membagikan pengalaman orang lain, atau konten-konten yang terkait seperti artikel, video atau apapun yang menurut anda dapat membantu orang lain sebagaimana anda terbantu karenanya.
#5 Memanfaatkan jaringan yang anda punya
Di atas kita sudah sempat bahas, salah satu manfaat branding adalah memperluas jaringan. Sekarang saatnya bagi kita untuk memanfaatkannya. Lantas, dengan cara apa kita memanfaatkan jaringan yang sudah ada?
Setidaknya beberapa hal di bawah ini dapat anda lakukan dengan jaringan yang anda punya:
- Minta endorsement dari sesama penulis (bahkan kalau bisa penulis dengan reputasi bagus)
- Minta pendapat, kritik, saran dari jaringan terhadap karya anda
- Bahkan bukan tidak mungkin jaringan anda ikut memasarkan produk/karya anda
- Gunakan jaringan media sosial anda untuk mendapatkan viral marketing, tandai mereka setiap anda mempublikasikan karya baru
- Sebagai corong untuk mendapatkan informasi tertentu
- Dan lain sebagainya
#6 Mengambil peran di event terkait
Salah satu upaya mumpuni dalam meningkatkan brand anda adalah dengan mengambil peran di event tertentu. Sebagai contoh, mengadakan bedah buku di sekolah, kampus dan di tempat-tempat tertentu. Menjadi pembicara di diskusi-diskusi kepenulisan. Menjadi juri di lomba-lomba dan lain sebagainya.
Anda perlu mencari mitra untuk melakukan ini, pun jika tidak ada yang bisa digaet, anda bisa melakukannya sendiri.
Membuat kursus offline atau online sendiri. Mengadakan diskusi terbuka dengan teman-teman anda. Serta masih banyak upaya-upaya lainnya meskipun dengan modal swadaya pribadi.
#7 Berkarya secara kontinyu
The last but not least. Semua upaya branding anda akan percuma jika anda tidak mampu berkarya dengan berkelanjutan seperti contohnya membuat blog pribadi seperti Guntur Satya ini. Dengan kata lain, anda harus terus memproduksi produk agar tercipta brand awareness atau kesadaran akan brand anda oleh orang lain.
Sebagaimana tiga resep sakti untuk menjadi penulis yang baik adalah menulis, menulis dan menulis. Kerja, kerja dan kerja.
Dengan senantiasa berkarya anda akan menambah mahir kemampuan menulis anda. Sebab, sejatinya menulis itu bukanlah sebuah bakat melainkan keahlian yang harus diasah hari demi hari.
Siapkah anda untuk self branding setelah ini?
Nyatanya branding bukan perkara gampang. Anda perlu trik-trik khusus dan alokasi waktu yang cukup. Namun dengan adanya kiat-kiat tadi semoga anda bisa lebih terbantu.
Persoalan branding adalah hal krusial bagi penulis, namun tidak banyak yang menyadari itu. Perjuangan anda untuk menjadi seorang penulis hebat tidak cukup sampai menghasilkan karya saja, namun anda perlu memikirkan bagaimana karya tersebut bisa sampai ke sebanyak mungkin pembaca.
Pembaca adalah partner bagi penulis. Tanpa pembaca, penulis bukan apa-apa. Anda harus bisa menggaet sebanyak mungkin pembaca dengan mencitrakan diri anda. Jadi, siapakah anda untuk self branding setelah ini? Anda bisa dimulai dengan membagikan artikel ini jika anda berkenan.